Bandar Lampung – ungkapkasus.id
Derasnya banjir bandang yang menerjang Kota Bandar Lampung awal tahun ini ternyata tak hanya menyisakan lumpur dan kerusakan, tapi juga gelombang suara dari masyarakat. Suara itu kini menyeruak lewat aksi-aksi damai di berbagai sudut kota, dimotori oleh pemuda, ibu rumah tangga, dan elemen masyarakat lainnya.
Aksi ini bermula dari kelompok pemuda yang menggelar protes di depan Kantor Pemerintah Kota. Dengan mulut dilakban hitam dan kotak bertuliskan “Peduli Korban Banjir” di tangan, mereka menyampaikan simbol perlawanan terhadap ketidakpedulian dan keprihatinan atas dampak bencana yang disebut-sebut telah merenggut nyawa.
Namun suara-suara dari masyarakat tak hanya mengkritik. Di Kelurahan Pesawahan, puluhan warga menggelar aksi damai menyampaikan sikap mereka yang mengecam tindakan anarkis dalam unjuk rasa sebelumnya. Spanduk mereka tegas berbunyi: “Kami masyarakat korban banjir Kelurahan Pesawahan menuntut aparat menangkap dalang aksi anarkis yang mencoreng nama kami.”
Di tempat lain, di halaman Kantor Pemkot Bandar Lampung, sebuah aliansi warga dengan nama Aliansi Masyarakat Bandar Lampung hadir menyampaikan pesan berbeda: dukungan dan apresiasi terhadap pemerintah kota.
Koordinator aksi, Yunus, menyampaikan rasa terima kasih kepada petugas dan Wali Kota yang dinilainya telah menunjukkan respons cepat dan kerja nyata.
“Saya mewakili masyarakat Teluk Betung dan wilayah lain yang terdampak banjir, menyampaikan terima kasih atas upaya maksimal pemerintah. Kita tahu, banjir awal tahun itu sangat dahsyat, tapi sejak itu ada langkah-langkah nyata: normalisasi sungai, perbaikan saluran air, dan kerja keras Dinas PU hingga BPBD dan Damkar,” ujar Yunus dengan suara lantang namun santun.
Yunus juga mengimbau agar masyarakat tidak terprovokasi oleh aksi-aksi yang dilakukan secara tidak etis dan menyesatkan.
“Demonstrasi adalah hak, tapi harus disampaikan dengan etika, dengan data, dengan ide. Bukan dengan cacian. Jangan biarkan kota ini terpecah hanya karena kepentingan segelintir orang yang tidak bertanggung jawab,” lanjutnya.
Aksi ini sekaligus menjadi pengingat bahwa bencana tak hanya menuntut tangis dan keluhan, tetapi juga kebangkitan kesadaran dan solidaritas antarwarga. Pemerintah Kota Bandar Lampung pun di waktu bersamaan menyalurkan bantuan serta santunan bagi warga terdampak banjir sebagai bentuk kepedulian dan tanggung jawab.
Kini, warga Bandar Lampung bergerak dengan suara yang lebih jernih: sebagian mengkritik, sebagian menyemangati, tapi semua punya tujuan yang sama—agar kota ini lebih siap, lebih peduli, dan lebih bersatu menghadapi musibah.
Bambang
