Puluhan Siswa SDN 1 Way Jaha Alami Gejala Muntah Usai Santap Menu MBG, LPKNI Pertanyakan Transparansi Penanganan

Tanggamus – ungkapkasus.id

 

Puluhan siswa SDN 1 Way Jaha, Kecamatan Pugung, mengalami mual, muntah, hingga lemas usai menyantap jatah makan bergizi gratis (MBG) dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Pugung pada Rabu (6/8/2025). Peristiwa ini memicu keresahan warga dan memunculkan tanda tanya besar terkait penyebabnya.

 

Ketua Lembaga Perlindungan Konsumen Nusantara Indonesia (LPKNI), Yuliar Baro, menyoroti pernyataan pihak penanggung jawab dapur MBG SPPG Pugung yang dinilai membingungkan publik.

 

Menurutnya, Ketua Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) pada SPPG Pugung memastikan kejadian itu bukan keracunan, namun tetap meminta masyarakat menunggu hasil laboratorium untuk kepastian penyebabnya.

“Saya malah bingung dengan statemen Ketua SPPI pada SPPG Pugung. Kalau memang bukan keracunan, kenapa harus menunggu hasil lab? Pernyataan seperti ini justru membuat masyarakat bertanya-tanya,” kata Yuliar, Senin, 11 Agustus 2025

 

Yuliar juga menyesalkan lambannya proses uji laboratorium. Menurutnya, prosedur yang berliku dari provinsi, lalu ke kabupaten, dilanjutkan ke puskesmas, dan baru ke dapur MBG, hanya memperlambat informasi yang seharusnya segera diketahui publik.

“Kenapa hasil uji lab tidak langsung dipublikasikan oleh provinsi? Selain itu, saya juga heran mengapa ahli gizi dapur MBG Pugung memilih bungkam saat dimintai keterangan,” tegasnya.

 

Tak hanya itu, Yuliar menilai Ketua SPPI Pugung terkesan lepas tangan. Pernyataan yang disampaikan melalui pesan WhatsApp disebutnya tidak mencerminkan rasa tanggung jawab.

“Dari laporan anggota kami di lapangan, anak-anak sudah pulang ke rumah masing-masing dan dalam kondisi baik-baik saja,” tulis Ketua SPPI dalam pesannya.

 

Namun, bagi Yuliar, sikap tertutup dan minim klarifikasi dari pihak terkait hanya menambah kecurigaan masyarakat. Ia menekankan bahwa SPPI adalah program inisiatif Kementerian Pertahanan Republik Indonesia yang mengusung tujuan mulia dengan mencetak generasi muda berkompetensi tinggi dalam kepemimpinan dan pemenuhan gizi masyarakat, bahkan dibekali pelatihan dasar kemiliteran.

“Dengan program sebesar ini, seharusnya ada transparansi penuh ketika terjadi insiden yang menyangkut keselamatan anak-anak,” pungkas Yuliar.

 

Kasus ini kini menunggu hasil resmi uji laboratorium. Sementara itu, masyarakat Pugung berharap informasi penyebab pasti kejadian segera diungkap agar tidak terjadi lagi peristiwa serupa.(Roli)