Tangisan di Teras Warung Itu Kini Bernama Hana Doa Wakil Gubernur Jihan untuk Masa Depan Si Kecil

Lampung –ungkapkasus.id

Dini hari di Kampung Sri Basuki, Seputih Banyak, Lampung Tengah, sunyi mendadak pecah oleh tangisan. Bukan tangis biasa—itu suara bayi mungil yang baru saja lahir, tergeletak di atas kursi plastik di teras sebuah warung makan.

Tubuhnya dibalut handuk merah tipis, menggigil di udara malam. Tak ada nama, tak ada pelukan. Hanya suara tangis sebagai isyarat bahwa ia ada.

Widia Ningsih, pemilik warung, menjadi saksi awal kisah ini. Jumat dini hari, 20 Juni lalu, saat hendak ke kamar mandi, ia berhenti sejenak karena mendengar suara asing. Ia mendekat dan menemukan bayi itu. Seketika ia membawanya masuk, menghubungi tetangga dan aparat desa. Polisi datang, bayi pun langsung dilarikan ke Puskesmas Seputih Banyak.

Beberapa hari kemudian, bayi dirujuk ke RSUD Abdul Moeloek, Bandar Lampung. Di ruang Perinatologi rumah sakit itu, kisahnya berlanjut—dari sunyi menuju harapan. Termasuk perhatian dari Wakil Gubernur Lampung, dr. Jihan Nurlela.

Ia datang tak hanya menjenguk, tapi juga memberi nama. “Dengan senang hati dan penuh doa, saya beri nama Hana Aisyah Qaisarah,” tulis Jihan di akun Instagram-nya. Nama yang berarti bahagia, baik, dan pemimpin mulia.

Hana, kini bukan lagi anonim. Ia punya identitas, pelukan, dan doa dari banyak hati. Sebagai Ketua Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS) Provinsi Lampung, dr. Jihan memastikan negara hadir untuk Hana.

“Setelah kondisinya stabil, proses pengasuhan akan dikawal Dinas Sosial sesuai ketentuan. Kami pastikan negara melindunginya,” tegasnya.

Isu ini juga menyentuh legislator perempuan dari PKB, Fatikhatul Khoiriah. Ia menyebut kisah Hana sebagai cermin situasi sosial yang tak bisa dibiarkan.

“Ini bukan sekadar tentang bayi yang ditinggalkan. Ini sinyal bahwa ada perempuan dalam tekanan, dalam ketakberdayaan, yang tak semestinya dibiarkan sendiri,” ujar mantan Ketua Bawaslu Lampung itu.

Khoir menekankan pentingnya sistem perlindungan sosial yang tidak hanya reaktif. “Kita punya tanggung jawab memastikan setiap anak lahir dengan hak yang sama—kasih sayang, perlindungan, dan masa depan.”

Kapolsek Seputih Banyak, Iptu Hairil Rizal, menyatakan pihaknya tengah mendalami kasus ini. Bayi perempuan dengan berat 1,8 kilogram dan panjang 45 cm itu kini dalam kondisi stabil dan masih dalam pengawasan medis.

“Kami telah meminta keterangan sejumlah saksi. Penyidikan masih berjalan,” ujarnya.

Hana memulai hidup dari tempat yang sunyi—teras warung di ujung kampung. Tapi langkah kecilnya kini dijaga oleh banyak hati. Ia lahir tanpa pelukan, tapi tidak akan tumbuh tanpa kasih. Dari tangisan yang getir, Hana kini menjadi simbol harapan dan pengingat bagi banyak orang: bahwa tak seorang pun boleh dibiarkan sendiri, apalagi sejak lahir.

Bambang