Pringsewu(ungkapkasus.id) – Pringsewu Cultural Festival yang berlangsung selama tiga hari di halaman Polres Pringsewu dinilai berhasil menarik perhatian masyarakat. Kesuksesan acara tersebut tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk partisipasi budayawan Ki Sujiwo Tejo. Dalam pertunjukannya, Ki Sujiwo Tejo membawakan lakon “Semar Mbarang Jantur” atau Semar Mengamen dengan ciri khas pementasan wayang yang memadukan unsur humor dan pesan filosofis.
Selain membawakan lakon pewayangan, Ki Sujiwo Tejo juga menyampaikan pandangannya terkait Hari Kebudayaan Nasional, pelaksanaan Pringsewu Cultural Festival, serta potensi kebudayaan di Kabupaten Pringsewu dan Provinsi Lampung. Ia menyatakan apresiasinya terhadap keberagaman budaya yang ditampilkan dalam festival tersebut.
“Saya mengapresiasi penyelenggaraan festival budaya ini. Kegiatannya beragam, ada karnaval dan kesenian tradisional. Lampung memiliki banyak potensi budaya seperti pencak silat, barongsai, gambus, serta berbagai tari tradisional,” ujar Ki Sujiwo Tejo
Dalam kesempatan tersebut, ia juga mengingatkan generasi muda Lampung untuk menjaga dan menggunakan bahasa daerah sebagai identitas budaya. Menurutnya, bahasa daerah memiliki peran penting dalam pelestarian kebudayaan.
“Anak-anak muda Lampung harus mulai bangga berbahasa Lampung, baik Lampung Tengah, Lampung Pesisir, maupun Lampung Peminggir. Bahasa menunjukkan identitas bangsa, dan cara paling mudah menghilangkan suatu bangsa adalah dengan menghilangkan bahasanya,” tegasnya.
Ki Sujiwo Tejo menambahkan bahwa makna Sumpah Pemuda sering disalahartikan. Ia menekankan bahwa menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan tidak berarti meninggalkan bahasa daerah.
“Kita bertanah air satu, berbangsa satu, dan menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, bukan berarti meniadakan bahasa ibu,” ujarnya.
Ia berharap Pringsewu Cultural Festival dapat menjadi agenda berkelanjutan dan mendorong penyelenggaraan kegiatan serupa di daerah lain. Menurutnya, pelestarian budaya tidak hanya menjadi tanggung jawab masyarakat, tetapi juga memerlukan peran aktif pemerintah dan institusi negara.
“Festival ini jangan yang terakhir. Justru harus menjadi virus budaya bagi kabupaten lainnya, bagi polres-polres lain. Karena kebudayaan adalah napas bangsa, dan menjaga napas itu adalah tugas kita semua,” ungkapnya
Kapolres Pringsewu AKBP M. Yunnus Saputra menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta dan masyarakat yang telah berpartisipasi aktif selama berlangsungnya festival.
“Pringsewu Cultural Festival ini bukan sekadar ajang hiburan, tetapi sarana memperkuat persatuan dalam keberagaman. Melalui budaya, kita belajar saling menghargai dan membangun kebersamaan,” ujarnya.
Ia juga berharap kegiatan ini dapat menjadi agenda rutin pemerintah daerah sebagai bagian dari strategi Cultural Policing atau pendekatan keamanan berbasis budaya. Penampilan Ki Sujiwo Tejo menjadi penutup meriah rangkaian Pringsewu Cultural Festival yang digelar sejak 15 hingga 17 Oktober (*)